Aku Ingin Jadi Isi Kepalamu

Agnicia Rana
2 min readSep 23, 2020

--

Day 4 #30dayswritingchallenge: Places you want to visit.

Illustration by Esthera Preda on design crush.

Sebelum terlalu banyak, aku ingin sampaikan maaf pada diriku sendiri yang begitu lama memutuskan untuk menulis apa di hari keempat ini. Secara eksplisit, tentu banyak sekali tempat yang ingin aku kunjungi: kepalamu, salah satunya. Sudah berhasil membayangkanku?

Kalau belum, mungkin kau harus tilik aku lebih dalam di beyondiary. Sebagian dari diriku di sana hendak kubawa ke sini — dengan versi yang baru dan sedikit berbeda tentunya.

Oke, aku mulai saja.

Rupanya ini yang dinamakan puber: isi kepalamu hanya “dirinya”. Dan terima kasih Tuhan, kau datangkan dia tuk memenuhi isi kepalaku, dan dia ada di sini.

Ini puberku yang ke sekian, tapi rasanya seperti yang pertama, karena raganya bisa aku kecup manja, bisa aku buat telanjang dirinya di hadapanku. Tak seperti puber sebelumnya — yang tak terbalas.

Hai, lelaki nomor… terakhir — sumpah aku berharap untuk ini. Dan aku akan menjaga kata-kata ini selalu.

Izinkan aku masuk ke kepalamu. Lewat lubang manapun di tubuhmu tak apa, asal ujungnya ada di kepalamu. Meski aku harus lalui sampah dalam perutmu, pun oksigen dalam darahmu, aku tetap mau sampai sana.

Aku ingin sampai kepalamu dan menetap. Gratis. Jangan minta aku bayar, karena kau pun tinggal di kepalaku. Impas bukan? Kepala kita sama-sama kosong tak berpenghuni. Setelah bertemu engkau, kupersilahkan engkau masuk dan singgah di sana dengan ikhlas.

Aku tahu tinggal di dalam kepalamu tak akan mudah. Mungkin orang lain datang tanpa izin, dan coba merampas tempat singgah ini, pun mungkin kau tiba-tiba minta aku minggat. Tapi aku tahu kau tak akan begitu. Karena, hei, aku sudah lama ada di kepalamu bukan?

Tak apa aku duduk di sebelah meja berisi masa lalumu, ataupun tidur di atas kesedihanmu. Selama di sini — di kepalamu — aku merasa senang, karena dari sini aku bisa lihat aku dalam matamu, aku bisa merasakan wangi tubuhku lewat penciumanmu, aku bisa dengar suaraku yang mesra saat kita bercinta lewat telingamu.

Baik, tidurlah saja yang damai, aku pun akan tidur damai di kepalamu, sambil mengantarmu pada mimpi di mata kita lihat surga di sana — yang penuh bintang gemerlap dan cahaya bulan. Jangan khawatir udara di sana, karena udaranya bebas asap rokok dan pabrik.

Jalan masih panjang, selamat menikmati isi kepalamu — yang itu aku.

--

--

Agnicia Rana

Sebuah perjalanan pencarian jati diri. Tempat misuh-misuh. #MemulaiKembali