Berbahagialah
--
Cuma buat kamu aja.
Apa kamu sudah dapatkan dia seutuhnya? Bagaimana rasanya setelah semuanya menjadi terlanjur?
Terlanjur jatuh cinta, terlanjur zina, terlanjur menyakiti perempuan lain… terlanjur apa lagi?
Singkat aja nih, ya, biar kamu mengerti.
Pertama. Apa yang kamu dan dia lakukan adalah hal yang salah. Bahkan kamu bilang sendiri bukan? Di sela-sela chat sex kamu dan dia? Waktu kamu bilang, “I want to suck your dick, babe.” Kemudian kamu bilang, “Aduh takut dosa.” Lalu kamu tetap lanjutkan semuanya dengan dia, yang bukan milikmu.
Kemudian seperti foto di atas, kamu berharap padanya untuk menjadi milikmu seutuhnya, dengan menceraikan istrinya. Bagaimana mungkin seorang perempuan yang diciptakan terhormat, berkata seperti itu kepada milik perempuan lain?
Lalu dia bilang, “Sudah pasti baby, yang punya anak buat aku, dialah istriku.. tenang aja babe.”
Lalu apakah kamu tenang? Mungkin iya. Hatimu mendadak berbunga-bunga dan merasa menang, karena menurutmu, kau berhasil dapatkan janjinya. Untuk menjadi milikmu seutuhnya, dan untuk hidup bersama kamu selamanya.
Kalian sering menyebut saya di tengah percakapan kalian yang jahil itu.
Kok bisa tahu saya lagi sakit? Jelas, tanpa pacarmu bilang saya sakit, kamu jelas tahu yang kalian lakukan bikin saya sakit.
Bagaimana jika keadaannya dibalik?
Saya jadi kamu, kamu jadi saya.
Masih bisa kamu abaikan rasa sakit yang muncul? Bukan cuma lewat, nyerinya membekas. Bukan cuma “secetit”, tapi nyerinya hebat, sampai bikin saya panas dingin tiap malam takut-takut kalau kamu dan dia muncul di mimpi saya lagi, terus-terusan.
Iya, mimpi buruk. Mimpi bagaimana kamu bercinta dengannya di siang hari, saat dia bilang pergi ke Gereja, padahal untuk bercinta denganmu. Mimpi bagaimana kelaminnya masuk ke mulutmu. Juga desahan-desahan yang kamu buat. Juga bagaimana otot-ototnya menegang saat dia selesai, dan cairan tubuhnya masuk ke tubuhmu.
Saya takut tidur, saya cemas menghadapi hari setelah saya tahu kamu bercinta dan memuji kelamin pacarmu, yang masih milik saya.
Kedua. Saya pernah tulis sebelumnya, saya yakin kamu baca.
Kamu. Bisa jadi “KORBAN”.
Dia menjual keburukan saya, bukan? Dia jual keburukan saya dan minta dikasihani. Kamu mengasihani dia kan, karena dia tak bahagia dengan perempuan yang jauh dia pilih sebelum dia ketemu kamu?
Kamu simpati dengan segala keinginan dia untuk dapatkan istri yang bisa “goreng pisang” kesukaan dia, yang bisa “cuci bajunya tiap 3 hari sekali”, yang bisa “kasih dia anak”. Dan lama-lama kamu inginkan dia, seutuhnya. Maka kamu coba untuk jadi perempuan yang dia harapkan.
Kamu terima diperlakukan sebagai bahan “coba-coba”, untuk produksi anak. Kamu perempuan, Mba. Kamu cantik dan bisa dapat yang lebih, daripada berharap milik orang lain.
Kamu percaya bualannya yang bilang akan bertanggung jawab kalau kamu hamil? Kamu pernah pikir ngga, itu namanya apa? Dia cuma mau rahim kamu doang, Mba. Dia cuma mau kamu tunduk. Dia mau kamu karena anak. Kalau kamu ngga bisa kasih anak, emang dia bakal tetap sama kamu?
Lihat aja saya sekarang.
Ketiga. Tolong berbahagialah.
Saya beri dia cuma-cuma untukmu. Saya ngga minta dibayar, malah saya yang bayar kok. Untuk semua barang-barang saya dia bawa, entah kemana. Kalau kamu lihat barang-barang saya, pakai aja. Selamanya bau tubuh saya ada di barang-barang itu.
Kamu tahu dimana dia? Atau dia di sebelah kamu sekarang? Atau kamu juga lagi cari dia?
Kalau kamu tahu, tolong bilang ke dia untuk kembalikan milik saya. Kalau tidak, ya.. kamu tahu sendiri lah. Kamu bisa nilai sebesar apa dia bertanggung jawab sebagai lelaki.
Sekali lagi, tolong berbahagia. Dengan kehidupanmu sendiri. Saya ngga perlu tahu bagaimana kisahmu sekarang, segalanya buat saya mual.
Jangan pernah muncul, lihat, atau mengawasi saya dari sosial media saya. Itu cuma kasih saya bukti kalau kamu ngga damai hidupnya.
Apakah indah hidupmu sekarang? Bersama dia, atau siapapun, saya juga ngga peduli. Maka berbahagialah. Hingga tak ada lagi iri dan dengki di hatimu, sampai-sampai kamu penasaran sama hidup saya.
Kamu bebas block dan unblock instagram saya sesuka hati kamu, bebas melihat perkembangan hidup saya. Apa itu caramu bahagia?
Berbahagialah, sampai kamu lupa dan tahan untuk ngga mengamati saya dari jauh. Karena saya ngga pernah peduli sama orang yang sudah menyakiti saya, sebesar apapun luka yang dibuat.
Jadi, berbahagialah. God bless!