--
Cinta Yang Kau dan Ia Punya
Awal pertemuan biasanya selalu jadi hal yang mengesankan. Apalagi bila pada akhirnya muncul rasa yang lebih: kau ingin tahu ia lebih.
Awal mula, ia selalu jadi yang menarik, yang paling baik, yang paling sempurna. Topengnya berkata demikian. Boleh jadi dalam hatinya tak nampak/belum nampak, tapi perangai terbaik selalu di depan, selalu muncul di awal.
Semakin kau mengenalnya, semakin kau tahu dalam dirinya. Apa yang ia suka dan tak suka, bagaimana ia memperlakukanmu – orang lain, bagaimana saat ia marah dan kecewa, kau akan tahu semua.
Bahkan kebisaan ia tidur pun, jam ia berak.
Kebisaan buruk boleh jadi terlalu kau tak suka, namun entah mengapa kau pilih bertahan. Barangkali karena satu kata terlanjur. Terlanjur cinta, terlanjur kenal, terlanjur kenal keluarga, terlanjur tunangan…. Bahkan… terlanjur menikah.
Segala kesalahan begitu nampak, kadang buatmu bingung apa sebenarnya perasaannya. Jelas ia punya cemburu, jelas ia punya perhatian. Namun itu semua kau lupa saat lihat ia marah dan tak bisa mengontrol dirinya.
Barangkali kau merasa begitu direndahkan dan tak berarti. Barangkali, lagi-lagi ini salahnya yang tak dapat kau mengerti. Barangkali ini cara Tuhan kasih lihat boroknya, dan kau tetap kebingungan.
Kau mencari validasi, kau cari peralihan.
Kau lupa bahwa manusia mungkin berubah.
Perkara kau kebingugan, itu hal lain. Perkara pada akhirnya kau berbuat salah, itu hal lain. Jangan jadikan alasan karena sifat buruknya yang tak kau sukai, maka kau lakukan hal yang lebih buruk.
Mungkin ia terlalu menyakitimu dengan kata-katanya yang asal: asal suruh kau cari yang lain, asal bilang kau bodoh, atau apalah yang menyakiti hatimu.
Tapi melakukan keburukan lain bukan jawaban yang tepat atas kebingunganmu.
Sekarang kau bisa duduk dengannya, menyesali masa lalu, berharap ada calo tiket jual tujuan ke masa lalu yang berapapun biayanya pasti akan kau ambil bahkan dengan berhutang pun.
Tapi calo terhandal pun, tak bisa jual tiket semacam itu.
Yang kau punya hanya renungan pagi dan malammu. Syukur bisa bersama dengannya.
Maukah kau membela cinta yang masih ada, bahkan kau tak tahu kapan akan habisnya itu? Atau kau pilih mundur, buat rencana sendiri.
Perpisahan tak pernah mudah dan tak akan pernah menjadi pilihan pertama, apalagi masih ada cinta di dalamnya.
Kau dan ia bisa memilih sama-sama mengakhiri, namun akhir nampak tak adil, meski ada masalah terbesar pun antara kau dan dia.
Kau bisa pilih lanjut, jika ia terima, jika ia memaafkan. Tapi memaafkan tak pernah mudah, karena ada ikhlas dan lupa. Kalau sudah memaafkan, artinya kau ikhlas hal itu terjadi padamu, dan kau harus lupakan salahnya. Kalau lupa, artinya jangan dibahas lagi, dan jangan sampai memengatuhi hubunganmu dengannya.
Dan itu tak mudah, tak pernah mudah bagi orang yang lemah iman. Dan kau tahu betul bahkan ia baru benar-benar berdoa saat masalah ini datang.
Maka yang paling mungkin ia lakukan adalah menelanjangi dirinya sendiri. Melihat luka di sekujur tubuhnya, yang satu persatu harus diobati.
Luka amarah, luka meremehkan, luka mengeluh, dan luka lainnya yang kau bilang darimana semua yang terjadi bermula.
Jika ia berniat baik, ia akan kompres satu persatu lukanya. Ia akan rawat betul-betul. Ia beri penawar agar hilang sampai ke bekas-bekasnya.
Dan jika kau beruntung, kau akan dapatkan ia kembali. Alih-alih karena pasrahmu, menyerahkan segalanya padanya: mau terima atau tidak, kau dapatkan lagi cintamu, cinta yang kau pupuk dari tak ada, sampai besar, sampai berkurang lagi karena kau kebingungan, sampai ternyata mau seberapapun berkurangnya, cinta itu tetap besar padanya.
Jika benar cinta memenangkan segalanya, kau dan ia akan selalu berakhir bahagia. Kau akan menjadi yang paling beruntung di dunia. Sama halnya seperti saat kau baru memilihnya.