Lewat Playlist Lagu

Agnicia Rana
4 min readMar 11, 2023

Lagu dari Mas (2)

Source: Pinterest.

Warning!
Note: Untuk diriku sendiri, dan Mas-mas biasa saja yang bantu aku meramu lagu di playlist bersama ini.

Ini lagu lainnya yang kusukai, yang kau nyanyikan ulang dan taruh di instagrammu juga.

Aku ngga tahu apakah playlist ini akan abadi, atau akan hilang ditelan waktu — yang ngga tahu juga kapan tibanya. Mungkin waktu kita habis esok hari, dua hari lagi, atau sampai berpuluh-puluh tahun ke depan — dan playlist ini masih ada di akun kita berdua, aku tak tahu tepatnya. Tapi sepertimu, aku meyakini bahwa semuanya akan menemukan muaranya — mungkin di kamu, atau mungkin di pundak yang lain (tapi maunya Mas hehe).

Lewat playlist ini, aku tasbihkan doa-doa yang kuyakin sama-sama kita panjatkan untuk umur kita agar panjang dan bermakna — yang entah sampai kapan juga akan kita yakini.

Aku selalu putar lagu-lagu di playlist bersama ini. Seperti jadwal makan, aku putar tiap pagi dan sore ke malam tiap aku di jalan ke kantor dan jalan pulang, sampai di kos aku putar juga sambil menemaniku beres-beres kamar atau cuci baju. Aku sampai hapal urutan lagunya, yang kerapkali sesuai dengan urutan suasana hati kala kita memasukkan lagu itu ke dalamnya.

Iya, ini usaha yang sangat besar dan berarti dalam proses perkenalan yang harapannya akan panjang ini. Katamu proses ini namanya proses “menyelaraskan”, dan aku setuju.

Lewat playlist lagu ini, kita sama-sama berharap agar aku dan kamu selaras.

Kita mulanya adalah jiwa yang saling asing. Rasa-rasanya, ndak ada kemungkinan untuk kita saling mengenal, kalau saja… kalau saja tidak ada dunia virtual — yang begitu semu dan tak pasti ini.

Seketika aku ingin berterima kasih pada teknologi, yang nantinya akan aku kutuk juga kalau-kalau ini berakhir penuh kesia-siaan. Sia-sia yang katamu tak ada. Ya pastinya, akhir yang buruk juga akan bawa kita pada belajar, dan itu yang namanya tidak sia-sia.

Aku suka dengan cara kita satu ini. Kalaupun semua berakhir, lagu-lagu ini seharusnya tidak akan terpecah ke folder berbeda, atau bahkan tak pernah kudengar lagi. Karena di situ ada semangat dan harapan untuk bangkit.

Ingat lagu yang Mas tambah waktu aku sedang bersedih karena tema project menulis yang buat aku mundur jauh ke belakang?

Aku masih di tahap menerima diriku kembali setelah gagal dan babak belur. Dan rasanya, menceritakan luka tidak pernah menjadi opsi yang menarik. Begitu berat aku menulis tema traumatik itu, yang bisa dilihat di postingan sebelum ini.

Dan seperti manusia yang butuh emotional support lainnya, tentu aku berbagi perkara sulit ini ke Mas.

Mana bisa aku tak tersenyum?

Kau tambahkan juga lagu itu dan beberapa lagu lainnya. Aku juga tambahkan satu lagu Yura Yunita yang pada saat itu membantuku melewati masa sulit saat kutahu ada orang lain yang dicintai dan ditiduri orang itu. Lewat lagu itu, bikin aku bangun dan merasa cukup. Iya, Tutur Batin, judulnya.

Kapan ya, kita bisa nonton konser mbak Yura bareng?

Kata-katamu bikin aku nyaman, dan pelan-pelan aku lanjutkan tulisan yang sulit itu. Semakin ke belakang, semakin sulit dan kupaham yang kubutuh cuma satu: sembuh. Dan sembuh butuh waktu dan usaha. Maka aku pelan-pelan.

Lewat playlist lagu yang kuberi judul, “Denger Barengan Cok”, nyatanya, selain bisa bikin kita saling kenal, lagu-lagu di situ bisa menyembuhkan juga. Bagaimana mungkin lagu sepowerful itu, ya?

Menyadari itu, kutemukan kesamaan kita lainnya: musik.

Selera kita mungkin berbeda. Tapi seperti katamu, “menyelaraskan”, aku juga jadi kenal lagu yang Mas dengar. Dan aku menyukainya. Beberapa lagu aku tahu, beberapa lainnya pertama kali kudengar.

Entah pengaruh endorfin atau apa, rasanya yang kau ramu di dalam playlist itu terdengar nyaman semua di telinga dan hatiku.

Salah ndak ya, kalau kubilang lagu di situ, ada… ada yang ingin kau sampaikan khusus untukku? Seperti menyampaikan bahwa kita akan baik-baik saja meski banyak mata bilang “kita ini ngga mungkin” — atau diriku yang bilang itu. Atau seperti bilang “aku akan menjagamu”, meski terdengar seperti pujangga yang melankolis, tapi bagiku itu adalah harapan — meski nyatanya semua baru lewat doa.

Toh, kita sama-sama percaya bahwa garis takdir tak pernah salah. Kalau tak sampai di garis finish yang sama, selalu ada bagian yang kita bisa belajar dan resapi.

Begitu kah?

Semoga umur kita panjang. Umur kebersamaan kita panjang ❤

--

--

Agnicia Rana

Sebuah perjalanan pencarian jati diri. Tempat misuh-misuh. #MemulaiKembali