Week 4: Traumatic Moment Tiba di minggu ke-empat. Apa pula yang kami pikirkan waktu memilih tema ini? Pertanyaan mengenai trauma ini bawa aku balik jauh ke belakang. Ke belakang banget. Dan kupikir bagus, karena artinya aku paham bahwa yang kubutuh adalah: sembuh. Pelan-pelan, satu persatu, aku coba ya. Sebetulnya hati…

Week 3: Animal. Aku sempat bingung mendefinisikan hewan yang seperti diriku. Tadinya kupikir babi — karena aku pemalas, lambat, bisa hidup di tempat yang kotor dan urakan, juga suka tidur, tapi aku ngga suka makan tai sendiri. Jadi kupikir, hewan lain saja. Aku sempat pikir, mungkin singa, karena zodiakku “leo”…

Day 2 of 30 Days Writing Challenge— Talk about Viral Issue (Childfree). “Di mana-mana sepanjang zaman”, kata Juliet Mitchell, ahli psikoanalisis dan feminis sosialis inggris, “perbedaan anatomi antara laki-laki dan perempuan mendapatkan konsepsi sosialnya.” Tentang soal perempuan, kata K.H. Dewantara, yang terpenting dan sama sekali tidak boleh kita lupakan atau…

Day 1 of 30 Days Writing Challenge — Why You Must be in This World? Menjawab pertanyaan, “Mengapa kamu harus ada di dunia ini?” itu sulit. Pertama. Setiap anak yang lahir dari rahim ibunya sepakat bahwa ia tak pernah minta untuk dilahirkan. Termasuk aku. Kedua. Semakin kita dewasa, semakin banyak…

#4 writing challenge: traumatic moment Dia ngechat gue di instagram. Gue lupa block. Langsung gue block abis itu. Makasih. Dia masih berusaha nyari-nyari lo? Masih. Lo gapapa kan? Udah cukup oke belum sekarang? Gak tau. Gue gak tau sebegitunya lo digituin sama dia… Gapapa. Kok bisa sih dia gituin lo…

#3 writing challenge: me as an animal Awal tahun 2022 lalu, aku menulis pada kolom terbatas di salah satu platform media sosial bahwa; aku adalah ikan dori. Aku lengkapi kali ini bahwa; aku adalah ikan dori yang happy dan tangguh luar biasa. “Just keep swimming. Just keep swimming, swimming, swimming…

#2 writing challenge: talk about viral issue (childfree) Hari ini memilih setengah-setengah saja. Hamparan rumput luas diselimuti langit jingga dan angin semilir, menjadi latar percakapan Fay dan Kay. Fay: Aku mau kasih tau kamu sesuatu. Kay: Apa, Fay? *menatap Fay dengan sungguh* Fay: Peringatan diawal ya Kay. Bahwa ini pendapatku…

#1 writing challenge: why you must be in this world? Pagelarannya sudah selesai sejak kemarin sore. Namun aku tidak berhenti memikirkan kartu tarot, es kopi susu dan khayalan-khayalan penggerutu kala itu. Sembari main ke halaman rumah Beruang dan Angsa, aku meredup. Kalau aku membandingkan diriku dengan alam semesta, agaknya aku…

theme 4: traumatized event Subuh terbit seperti yang lalu-lalu. Kiona membuka mata dengan enggan. Di muka pintu, ibunya masih mengetuk-ngetuk. Barangkali ketukan kesepuluh sampai ia menyahut, “ya, Buuu!” dan beranjak dari kasurnya. Kiona menyeret kaki dan sisa mimpinya ke hadapan cermin. Sudah hari ketigapuluh. “Saban malam aku berdoa tapi yang…

theme 3: me as an animal Ketika mengetahui King Duncan telah mati, Lady Macbeth mendengar jeritan seekor burung hantu. Dalam adegan itu, ia berseru: That which hath made them drunk hath made me bold; (Apa yang telah membuat mereka mabuk, telah membuatku berani;) What hath quenched them hath given me fire…

theme 2: response to actual womanhood-case Seminggu lalu Gitasav viral lagi. Netizen, sebut saja “kita” — sebab kita adalah juga bagian dari kekacauan ini — berpesta pora lagi. Seperti pemandangan kejar-kejaran macan dan rusa di padang savana, kita patut bertanya: Gitasav yang rusa — ataukah kita? Setelah menonton rekaman instagram…

theme 1: why you must be in this world Mungkin enam tahun lalu, ketika pertama kali membaca Hujan Bulan Juni dan mendengar lagu Resah sementara tidak ada persiapan untuk ditinggalkan, aku bercita-cita mati muda. Waktu itu usiaku masih 21, masih tolol perihal cinta, apalagi cinta kepada lelaki yang meminjamkanku buku…