Meski Sulit, Membiarkannya Pergi Bisa Jadi Cara Terbaik Untuk Tetap Waras

Agnicia Rana
4 min readDec 4, 2024

--

Satu hal yang aku pelajari dari hubungan percintaanku — meski cinta kami baru di kulit saja — dengan orang-orang yang seringnya aku temui di dating apps, adalah: untuk membiarkan mereka pergi kapanpun mereka mau.

Aku?

Ya aku juga pergi kalau aku ndak mau, lah! Emang lelaki dan klien aja, yang bisa ghosting aku?! Aku juga bisa ghosting lewat jalur ilfeel, woy! Perhatikan ini, yang bikin aku ilfeel.

  1. Minta pap padahal siapa ente? Kalau sudah emotionally attached, ngga perlu minta juga bakal aku spam foto-fotoku, kali! Coba aja sampai aku bener-bener mau kau. Bahkan kau bosan pun ngga akan kujadikan alasan buat stop kirim foto selfie.
  2. Nanya, “Udah seks sama berapa orang?”, Ente petugas klinik kelamin? Please jauhi topik seks kecuali memang benar-benar sudah “dekat” sampai rasanya kita pantas untuk bahas seks. Pembicaraan mengenai seks yang konsensual ini, memangnya berdampak apa ke kau kecuali kelaminmu yang jadi mengeras — karena berpikir aku bisa kau ewe?
  3. Tidak pernah bisa kasih kepastian. Percayalah lelaki bingung itu ngga seksi sama sekali.

Kalau perempuan selalu diajarkan buat pintar-pintar memilih pasangan, harusnya laki juga belajar buat improve, ngga ngang-ngeng-ngong, dan ngga bikin ilfeel, juga buat tahan libido.

Salah satu hal yang paling sulit adalah melepaskan diri dari jeratan laki-laki bingung yang mau intimacy tapi ngga mau komitmen. Untuk alasan apapun, laki-laki seperti ini butuh ke psikolog — alih-alih cari pasangan.

Kalau itu disebut naluri lelaki untuk ngaceng, maka dia selalu butuh perempuan untuk bikin penisnya lemas, itu pemikiran yang sangat misoginis. Hanya menjadikan perempuan budak nafsu, sementara kalau dimintai kepastian alasannya: belum siap.

Kalau belum siap, ya siapkan diri dulu, BJIR!Beresin issues di dirimu ke psikolog. Ngga rugi, kok. Psikolog memang ngga bisa pakai BPJS, dan ngga bisa dibilang murah juga. Tapi sebelum kesitu, apa kamu menyadari kalau kamu butuh bantuan ahli — alih-alih butuh bantuan perempuan buat coba-coba atau nice try?

Inti poin di atas adalah, once you aware to yourself – what you wants and what you needs – you could help yourself, and of course others.

At least, you won’t transfer your traumas. We’re only human just like you, boy! We – girls – also working on our things.

Mencari kesembuhan — lewat perempuan yang telanjang, sementara kau ngga betul-betul tahu isi hati dan kepalanya — bukan hal yang bijak. Selain bikin dosa, bikin trauma juga – aku perjelas lagi.

Aku pernah baca, kalau kita bercinta, bukan cuma penis aja yang masuk ke vagina dan tubuhmu yang bertukar cairan satu sama lain, tapi energimu juga akan bertukar satu. Isi kepala, masa lalu, trauma… dan hal ini bikin make sense kalau bercinta menang jangan dengan sembarang orang, juga bercinta cuma milik dua tubuh yang saling ‘mencintai’.

Kemana saja aku baru sadar?

Maka aku tak mau lagi ambil pusing menyoal kontol – maksudku, iya, laki-laki, yang punya kontol. Kalau dia mau pergi, silahkan saja. Mungkin dulu aku bakal rungsing dan merasa tidak berharga, tidak menjadi yang dipilih… Sekarang ini aku menyadari bahwa mungkin perihal kami setubuh-tubuh aja yang ngga cocok.

Meski kecocokan dibangun, aku ngga mau menampik juga kalau ketertarikan fisik itu perlu. Dan sekarang ini, semakin aku kenal lelaki, semakin aku paham kalau aku juga butuh visual yang ‘aku banget’. Dulu, aku ngga mikir. Yang penting dia mau aku, maka aku cinta.

Sekarang aku yang banyak tanya ke diriku: aku ni mau dia ngga sih?

Semakin banyak ketemu lelaki, aku semakin tahu standardku. Aku semakin sadar dan tahu bagaimana aku mau diperlakukan. Aku semakin menyadari bahwa aku ngga butuh kontol kalau itu cuma sekedar kontol. Paham maksudku, kan?

Jadi…

Untuk kalian yang pergi, silahkan pergi dan cari kebutuhan kalian. If you think we’re not match – for any reasons – I’ll let you think that way and I will stop questioning myself.

To my self…

Heal… Heal…

Let go everything that’s not belings to you. If he meant to be yours, he’ll come at the right time. Let go of everything that hurt you.

Let someone who doesn’t deserve you go.

Dulu aku sering kali mengejar validasi dan closure lelaki — padahal aku dicuekin, dighosting, dikasih dry text. Itu bukan yang kumau, dan aku paham betul kebutuhanku. Lagi pula aku percaya bahwa ketertarikan itu salah satunya ditunjukkan dari intensitas komunikasi. Kalau ngga ada komunikasi? Kalau ngga tercipta obrolan yang seadanya, gimana mau kenal satu sama lain? Kalau ngga ketemu, gimana yakin satu sama lain?

Bukankah hubungan itu komunikasi? Komunikasi yang ngobrol ya, bukan komunikasi kelamin alias ngewe. Jika memang harus ada persetubuhan, itu hanya topping saja. Menu utamanya ya ‘hubungan’ itu sendiri.

Maka aku sepakat kalau orang dry text dan avoidant ya karena dia orang ngga mau komit dan kenal aku ae. Kalau dia mau ya ngejar lah, bukan bikin aku ngerasa sendirian.

Lagian capek juga heboh sendiri. Capek juga ngejar yang ngga mau dikejar. Capek juga kasih pertanyaan dan dijawab seadanya dan ngga ditanya balik. Capek ngga dikasih ruang berekspesi. Capek menanti-nanti validasi.

Bikin ngga waras.

Maka balik ke tadi: membiarkannya pergi adalah cara untuk tetap waras. Bye!

--

--

Agnicia Rana
Agnicia Rana

Written by Agnicia Rana

Sebuah perjalanan pencarian jati diri. Tempat misuh-misuh. #MemulaiKembali

No responses yet