Sebagai Leo

Agnicia Rana
5 min readOct 3, 2020

--

Day 9 of 30 days writing challenge: Your zodiac.

Art By Very Real Fantasy.

Meraba-raba masa depan, menduga-duga apa yang belum tentu terjadi, tentu keahlian semua orang, termasuk kamu dan aku. Aku bahkan berhasil meramal peringkat aku di kelasku sendiri dulu, kelas 6 SD. Dan ramalanku benar. Media ramalku waktu itu cukup sederhana: kertas yang bertuliskan huruf A-Z, dan kitab primbon jawa.

Papa mengenalkanku dulu pada kitab primbon jawa — yang baru dibelinya, kupikir itu lewat sales yang datang ke kantor papa, karena setelah ia coba ramalan itu padaku, ia tak pernah lagi membuka buku itu. Namun siapa sangka, setelahnya aku malah ketagihan.

Dalam kitab itu dijelaskan peruntungan nasib berdasarkan banyak hal: hitungan tanggal lahirmu, mimpi, bahkan sampai arti tahi lalat pada tubuhmu. Dan artinya aku suka semua, karena tak ada yang buruk — seingatku. Padahal menurut ramalan china, angka 4 itu sial, tapi menurutku, ah, ndak juga tuh.

Aku lahir 4 Agustus, malam jumat kliwon, shioku Babi, zodiakku Leo. Bagus-bagus semua artinya, selama yang kuingat aku pernah baca — kecuali kata mama kalau aku lagi susah dibilangin, “Kamu ini anak jurig, lahir malem jumat kliwon. Lihat ni rambut persis jurig, apalagi alis”. Kalaupun ramalan tentangku jelek, sebisa mungkin aku menampik. “Hmm, kayaknya ngga gitu deh.” kalau bagus, tentu aku syukuri, aku beri amin di kalimat terakhir.

Hari-hariku setelah tahu aku ini Leo, dan Papa langganan banyak majalah dari mulai otomotif, majalah Gaul, sampai Bobo — dan rubrik paling kusuka tentu saja: ramalan zodiak.

Saat SMA, aku juga sempat belajar sedikit cara baca garis tangan, dan hal paling mengejutkan dari pengalamanku itu: aku pernah benar-benar meramal kejadian yang terjadi pada temanku dengan membaca tangannya! Padahal belajarnya pun aku cuma trik dasar. Hebat bukan?

Memasuki kuliah, aku mengenal teman yang berguru secara spiritual dengan dosennya sendiri — jangan ditanya ada atau tidak jurusan membaca peruntungan nasib, karena aku ndak tahu — dan aku pun mulai belajar membaca dengan media kartu tarot. Lagi-lagi, tanpa perlu membaca seluruh panduan di buku, aku benar-benar bisa meramal! Wow, intuisiku memang patut diberi apresiasi, bukan?

Ngomong-ngomong soal dosen temanku, aku pernah bertemu dengannya sekali. Waktu itu aku dibantu menyatu dengan diriku. Mudah saja, dia beri aku afirmasi positif dan dorongan untuk masuk ke dalam diriku sendiri. Hasilnya apa? Tentu aku makin percaya diri dan percaya bahwa Tuhan tak sia-sia menciptakanku.

Beliau bilang, aku di masa lalu itu seorang yang dipuja dan dicintai oleh banyak orang, aku yang dulu ini bukan orang biasa. Lalu, apakah aku setengah dewa? He he, tentu aku ngga bilang ini. Sebagai Leo pun, tentu kata-kata ini bikin kenyang egoku.

Sebelum lupa, aku mau bilang, kalau kau mau kuramal, boleh kirim pesan saja. Kalau tak malas, pasti aku balas.

Bicara Leo…

Dalam mitologi Yunani, Leo adalah singa Nemea yang terkenal buas, sangat kuat dan tak terkalahkan, bahkan tubuhnya tak tembus besi, batu, atau benda apapun. Namun ia akhirnya mati di tangan Hercules — pahlawan terbesar dalam mitologi Yunani — setelah lehernya dicekik dalam pertarungan mereka berdua. Membunuh Singa Nemea adalah tugas pertama dari 12 tugas Hercules, dan dia berhasil.

Hercules and Nemean Lion by National Gallery of Art.

Singkatnya, oleh Dewi Hera kemudian Singa Nemea ini diangkat jauh ke langit untuk mengenang pertarungan hebat itu (dikutip dari artikel dalam langitselatan.com, “Leo, Sang Singa Raja Langit”), yang sekarang dikenal sebagai rasi bintang Leo.

Orang dengan zodiak Leo lahir di rentang 23 Juli-22 Agustus. Fyi, aku dan Papa sama-sama Leo, golongan darah kami sama-sama B, dan ya.. kami memang serupa.

Menurutku, aku ini memang definisi “Leo”.

Via Pinterest.

Suka menjadi pusat perhatian, dominan (kalau ciuman, aku selalu makan bibir atas pasanganku, katanya itu tanda aku dominan. Kalau kau gimana?), ndak mau kalah, punya rasa percaya diri tinggi dan selalu bangga pada dirinya sendiri — barangkali ini yang buat aku gendut selama 21 tahun, karena dengan tubuhku yang bengkak ini, aku tetap bangga bilang diriku cantik — , sangat suka bicara, dan sifat lainnya yang Leo punya.

Sombong ya, Leo ini.

Sebetulnya pembahasan kali ini tak akan jauh beda dari project hari pertama mengenai personality, tapi tak apa, aku sangat senang bercerita tentang diriku — ups, ini Leo banget. Karena suka jadi pusat perhatian, tak sulit bagiku untuk bercerita tentang diriku, benar-benar tak sulit, mudah sekali.

Meski kata

“wanita dengan zodiak apapun sama sensitifnya ketika disinggung soal berat badan” — dan aku setuju, selalu setuju dengan wanita satu ini, kecuali pilihan warna lipstick — percayalah, saat hal ini terjadi dan buat si Leo marah, Leo tak hanya akan mengucap sumpah serapah dalam hati dan status whatsapp, ia akan mengamuk pada siapapun yang ia percaya — termasuk hewan peliharaannya. Dia ngga akan pernah lega kalau belum meledak.

Tentu, jangan dicontoh ya, sayang, kecuali kau punya “self-resiliensi” yang bagus seperti Leo. Mudah marah, mudah melupakan. Mudah sakit hati, mudah juga sembuh. Kalau (lagi-lagi) dalam tulisan

, paling banyak pasien psikolog mungkin ia yang berzodiak Aquarius, Leo sepertinya ndak butuh psikolog, deh, kecuali untuk kasih tahu bahwa dia hebat dan rupawan — dan sebetulnya itu tak perlu juga, sih.

Saran apapun bisa jadi mental, kalau itu ditunjukkan untuk singa paling angkuh ini. Bukan, bukan karena kau ndak betul, dia bisa saja berpikir kalau kau, orang yang kasih tahu dia betul 100%, tapi dia gengsi untuk menunjukkannya. Mungkin dia akan bilang engga, tapi percaya deh, dalam diam dan malu-malu, bisa saja dia lakukan saran darimu.

Sudah. Jangan beri Leo lebih banyak ruang kosong, kecuali kau mau baca ini semalam suntuk.

Dan pada akhirnya, bagian dari ramal-meramal ini memang selalu menarik untuk dibahas. Boleh percaya boleh tidak, jika tak suka dengan isi ramalan zodiakmu, kau bisa lupakan saja. Jika benar — atau kau harap menjadi benar — mari kita amini bersama.

Picture by ZodiacMind.com (via Pinterest)

Jangan lupa 4 agustus!

--

--

Agnicia Rana

Sebuah perjalanan pencarian jati diri. Tempat misuh-misuh. #MemulaiKembali